Film ini bercerita tentang seorang seleb multi talenta bernama Rayya (Titi Sjuman), katanya sik, doi ini superstar paling bersinar di negeri ini, dan karena multi talenta dia pasti punya banyak keahlian dong. Katanya dia penyanyi, bintang film, bintang iklan, model, de el el....kalo diibaratin siapa ya artis paling bersinar sekarang ini di negeri kita? Mungkinkah mbak Agnesmo? Hehe...Ya semacam itulah...meski Rayya agak tuaan dikit.
Kalo di sini artis-artis kerap menjaga image dan berusaha tampil sebaik mungkin di muka publik, beda dengan Rayya, yang memiliki kepribadian temperamental dan meledak-ledak. Sepertinya dia tak peduli untuk mengamuk dan melampiaskan emosinya yang berlebihan di muka umum, atau di depan forum profesional..hmmm...kesannya sok diva banget gituh. Semua itu terjadi gara-gara doi ngerasa dibohongin sama pacarnya yang seorang pilot (dan selalu pakek seragam pilot). Jadi cowok ini baru mengakui kalo dirinya sudah beristri ketika sang istri mulai mengandung, padahal Rayya sendiri sudah bermimpi untuk menikah dengan sang pilot ini. Maka Rayya diceritakan mengalami depresi, dan mulai bertingkah sangat tidak menyenangkan. Dia menangis, memaki-maki, lalu kemudian tertawa sendiri. Persis kayak video depresinya Marshanda yang heboh beredar jaman dulu. Ia mengancam untuk tak mau meneruskan proyek pembuatan buku biografinya yang mahal, dan mulai mengarang-ngarang alasan yang tidak masuk akal untuk mengacaukan proyek tersebut. Misalnya saja, ia hanya mau pergi ke tempat pemotretan berdua dengan Kemal, sang fotografer, lalu di tengah malam ia mengusir sang fotografer karena sebuah permasalahan sepele.
Manajernya dibuat pusing akan tingkahnya, untung saja Rayya masih bisa berlaku sopan kepada manajernya itu. Akhirnya dicarikanlah fotografer pengganti bernama Arya, yang terlihat sudah cukup matang (diperankan Tio Pakusadewo), Rayya yang tadinya berniat bunuh diri dalam perjalanan bersama sang fotografer akhirnya malah menemukan titik cerah dalam setiap obrolan-obrolan mereka yang dalem dan sarat makna puitis. Ya khas bahasanya Emha Ainun Najiblah, yang menjadi penulis skenario film ini. Btw, yang menbuat Rayya senang ngobrol sama Arya itu karena mereka memiliki beberapa kesamaan, namun alasan paling kuat sepertinya karena keduanya sama-sama tengah terluka karena ditinggal orang yang dicintai, namun Arya terlihat jauh lebih tegar dan easy going, beda dengan Rayya.
So, akhirnya gimana? Jadikah Rayya bunuh diri? Ya enggak sih...Tapi gimana kelanjutan hubungan doi dengan Arya? meskipun diceritakan mereka berdua sama-sama tertarik, tapi "film sopan" ini sama sekali tidak memperlihatkan adegan-adegan yang tidak layak ditampilkan, bahkan sepanjang film, Arya sepertinya tidak pernah menyentuh Rayya. Banyak pesan moral yang layak kita simak dan renungkan kala menonton film ini, diantaranya adalah tidak semuanya bisa dibeli dengan uang, dan punya uang banyak itu tidak menjamin hidup kita bakal bahagia.
